Marsekal Omar Dhani, Jenderal Kesayangan Bung Karno

Setelah dituduh bagian dari G30S/PKI, Ia bisa saja menyelamatkan diri tatkala negara mengirimnya pada 14 Oktober 1965 untuk mengadakan kerjasama militer ke Eropa dan Asia. Saat itu Ia memiliki segalanya. Selain Hercules C-130 yang penuh amunisi dan bahan bakar, turut bersama dengannya, istri yang sedang mengandung 7,5 bulan, anak-anak dan para ajudan setia. Sebuah paket lengkap keluarga pelarian. Tidak terlalu asing kedengarannya belakangan ini, bukan ?

Ada lebih dari cukup alasan baginya saat itu untuk mendapatkan suaka. Bisa saja dari Rusia atau Jerman Timur. Lagipula ia pilot dengan jam terbang tinggi, mudah baginya menerima tawaran dari KLM contohnya atau minimal menjadi pengajar di almamaternya, TALOA - California.

Tapi dia menepis segala godaan desersi tersebut. Bagi Omar Dhani tanah airnya hanya Indonesia, ia lahir di Solo dan berharap mati paling tidak di landasan pacu Indonesia sebagai seorang penerbang.

Enam hari kemudian ia pulang dan ketika mendarat di Bogor, atas perintah Soeharto ia langsung ditahan dengan tuduhan sebagai salah satu pelaku G30S/PKI. Tentu saja karir militernya tamat. Perlu diketahui Omar Dhani pernah menjadi atasan Soeharto pada operasi melawan Malaysia bertajuk Kolaga. Namun terjadi friksi diantara keduanya, bahkan di depan Soekarno, Soeharto pernah berbicara bahwa Omar Dhani tidak pantas menjadi panglima Kolaga. Dan diduga momentum Sept 65 ini dimanfaatkan betul oleh Soeharto untuk balas dendam.

Alasan utama mengapa Omar Dhani kembali adalah kekuatirannya akan banyak anak buahnya dari Matra AURI yang akan diMahkamah-militerkan oleh Soeharto dan para penjilatnya. Oleh karena itu ia rela mengambil tanggung jawab atas kesalahpahaman terbesar dalam sejarah militer Indonesia tersebut. Waktu itu Markas Besar menganggap Surat Perintah Harian Omar Dhani sebagai keberpihakan AURI pada PKI. Rupanyanya sang Laksamana terperosok karena salah sangka. Dipikirnya G30S/PKI adalah sekedar konflik internal Angkatan Darat. Lagipula tuduhan Soeharto bahwa AURI melatih sukarelawan PKI dikemudian hari tidak terbukti karena Lubang Buaya bukan merupakan bagian dari Markas Komando Halim Perdana Kusuma.

Dan akhirnya bertepatan di hari Natal di tahun yang sama, di depan Mahkamah Militer Luar Biasa, ia divonis hukuman mati. Namun eksekusi padanya tak pernah kunjung datang. Rupanya Soeharto berhitung akan seperti apa jadinya reaksi loyalis Soekarno jika Gatotkaca mereka ditembak mati. Entah mengapa pada tahun 1980, hukumannya diubah menjadi seumur hidup. Dan dua hari sebelum peringatan kemerdekaan di tahun 1995, ia mendapatkan grasi penuh dan bebas. Tiga tahun kemudian ia masih menjadi saksi hidup jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan. Rupanya 'mahasiswa itu marah, jenderal'

Omar Dhani meninggal pada tanggal 24 Juli 2009. Dimakamkan di TPU biasa di ibukota, bukan di Kalibata, tempat para pahlawan seharusnya berada. Padahal di jamannya, kekuatan TNI AU ada di peringkat ketiga di Asia. Disegani karena para squadron MIG dan F nya yang melegenda.

Omar Dhani adalahbukti kualitas sesungguhnya seorang Jenderal. Berkorban bahkan untuk karbol-karbol nya dari kemungkinan apa yang disebut sekarang sebagai dampak 'kerjasama Soeharto dan CIA'

catatan : Setelah lama mati, anehnya kini PKI dan ideologinya dinyatakan 'hidup kembali' oleh mereka yang malah sedang gencar-gencarnya memaksakan ideologi radikalnya bagi NKRI yang sudah final ini. Mereka berharap saat ini ada yang bisa di 'Omar Dhani kan'


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.